NASIONALIS
MERDEKA BELUM TENTU MERDEKA
Setelah sekian lama dijajah oleh bangsa asing,Belanda dan Jepang,tanggal 17 Agustus 1945,seperti yang kita ketahui Bung Karno dan Bung Hatta atas nama bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaan Indonesia.
Meski secara itu secara resmi Indonesia sudah merdeka,ternyata bangsa ini tidak mudah untuk benar-benar menjadi bangsa yang merdeka.Rupanya para elitenya sendiri seperti punya anggapan bahwa merdeka itu tidak terjajah dan tidak terjajah,Artinya ya menjajah.Maka,berangsur-angsur penguasa pasca kemerdekaan,utamanya penguasa orde baru pun menjadikan rakyatnya sebagai jajahan.Begitulah,rakyat Indonesia seperti ditakdirkan tak pernah lepas dari cengkraman penjajah,dijajah raja,bangsa asing,dan pemerintah bangsa sendiri,
Lengsernya raja orde baru,Soeharto,dan lahirnya apa yang diteriakkan era reformasi,diharapkan menjadi bangsa yang benar benar merdeka.Tetapi,bagaimana bangsa yang hamper selamanya dijajah bisa segera menjadi bangsa yang merdeka ?
Boleh jadi karna terlalu lama dijajah,setelah lepas dari penjajahan colonial Belanda,bangsa ini seolah-olah hanya terdiri atas tiga golongan :
(1)Mereka yang bermental penjajah dan penguasa.
(2)Mereka yang bermental budak.
(3)Mereka yang bermental campuran,kadang-kadang penjajah kadang-kadang budak..
Lihatlah sehari-hari diseputar kita,khususnya dijaman orde baru,bagaimana pejabat bersikap terhadap masyarakat dan bagaimana sikap rakyat terhadap pejabat.Lebih buruk lagi karena sikap penguasa atau pejabat yang ‘Menjajah’ itu disembunyikan dalam slogan atau semboyan mulia yang munafik,ketika menamakan diri mereka dengan julukan ‘ABDI MASYARAKAT’.Bagaimana mungkin abdi Negara dengan enteng membentak majikan dan majikan harus mundhuk-mundhuk kepada abdi sendiri ?
Banyak sopir bus dijalanan yang merasa dirinya penguasa jalanan dan merasa berhak mengusir kendaraan yang lebih kecil dan pejalan kaki.Banyak majikan merasas diri sebagai penguasa yang berhak menjajah buruh-buruhnya.Banyak pemimpin redaksi dan wartawan yang merasas dirinya penguasa yang boleh menentukan cerita atau opini seenaknya dirinya sendiri.Banyak pemimpin partai yang merasa dirinya sebagai penguasa yang dirinya boleh bertindak apa saja terhadap dan atas nama partainya.Banyak wakil rakyat yang paada hakikatnya hanya wakil beberapa pemimpin partai merasa dirinya penguasa yang boleh bertindak apa saja atas nama rakyat,dan seterusnya.
Kini,setelah banyak orang merasa atau setidaknya berharap kita benar-benar merdeka,bahkan mental penjajah dan mental anak jajahan itu pun membaur.Rakyat biasa apalagi para wakilnya pun banyak yang merasa merdeka,bersikap sewenang-wenang seolah penjajah yang berkuasa.Dimulai dari ‘atas’ konsep merdeka berarti berkuassa dan bebas melakukan apa saja,akhirnya merata dan membudaya di seantero negeri.
Tak lagi mudah dibedakan mana presiden,mana preman,mana jaksa,mana hakim,mana organisasi tokoh agama,mana tokoh geng gali ,mana mubaligh,mana provokator,mana seniman,mana politisi,mana pers,mana terroris,dan lain sebagainya.
Bagaimana masyarakat yang hanya tau sebagai penjajah dan budak mau,berdemokrasi ?
Bagaimana masyarakat yang tidak menyadari pentingnya penegakan hukum bagi siapa saja,mau berdemokrasi?
Bagaimana masyarakat yang taunya tentang berpolitik,tapi tidak tahu moralitas berpolitik,mau berdemokrasi?
Bagaimana masyarakat yang tidak tahu membedakan antara demokrasi dan anarki,lantaran salah mengartikan kemerdekaan,mau membangun masyarakat maadani?
Sekali lagi,peluang merdeka yang sebenar-benar merdeka sudah dianugrahkan oleh tuhan,tinggal kita saja,apakah kita memang sudah benar benar sudah siap untuk merdeka,bukan penjajah dan bukan jajahan?
Apakah kita siap merdeka dalam arti tidak menjadi budak diri dari kelompok sendiri atau menjadi penjajah terhadap pihak lain,karena kita satu dan merdeka untuk semua?
Jika kita tahu dan siap ,kemerdekaan adalah anugrah dan rahmat tuhan.Jika tidak,boleh jadi kemerdekaan itu justru akan menjadi musibah dan laknat seperti sebagian yang sudah kita cicipi,Wallahu a’laam.
By : PRISTIWANTO
KELAS : XII TEI 3